MAKALAH KIMIA
MENGENAI
PENGGUNAAN KOLOID
DISUSUN OLEH :
Dede Saeroji
Edya Rizky Saputra
Evan Nurzaman
Reza M. Fahlevi
Dini Nurdiani
Indriani Puspita Dewi
XII TEKNIK
KOMPUTER JARINGAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 MAJA
Jl. Pasukan Sindangkasih No.155 Maja Selatan – Majalengka
Kata Pengantar
Segala
puji hanya miliki Allah yang menguasai seluruh alam, atas limpahan rahmat dan
karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah mengenai
“Penggunaan Koloid”.
Koloid merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih
zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup
besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti
partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat
homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran
biasa (suspensi).
Koloid banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, bahkan tanpa disadari kita melakukan ataupun memakan
dari hasil proses Koloid, misalnya keju, mentega, susu, detergen dll
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini
terutama kepada situs yang menyediakan contoh makalah penggunaan koloid dan tidak
terlupakan kepada Ibu hadijah S.p selaku guru mapel Kimia yang telah membimbing
kami dalam belajar kimia.
Akhirnya penulis menyadari
bahwasanya dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan yang menuntut
kesempurnaan karena itu kritik dan saran penulis sangat diharapkan untuk
peningkatan dalam penyusunan makalah supaya menjadi lebih baik lagi.
Penulis berharap makalah ini
bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya untuk pembaca sekalian.
Penulis
DAFTAR
ISI
COVER
MAKALAH
KATA
PENGANTAR...............................................................................................
i
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
ii
PENDAHULUAN
Latar
Belakang...........................................................................................................
1
Tujuan
....................................................................................................................... 1
Rumusan
Masalah......................................................................................................
1
PEMBAHASAN
Pengertian
Koloid.......................................................................................................
2
Jenis
koloid.................................................................................................................
2
Sifat-sifat Koloid..........................................................................................................
5
Pembuatan Sistem Koloid..........................................................................................
7
Kegunaan Koloid........................................................................................................
9
KESIMPULAN..........................................................................................................
12
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem koloid (selanjutnya disingkat
"koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya
lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.
Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).
Sistem
koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah,
air, dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri
sendiri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi skala besar.
Koloid
memiliki bentuk bermacam-macam, tergantung dari fase zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
·
Aerosol yang memiliki zat
pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair disebut
aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang memiliki zat terdispersi
padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam udara).
·
Sol Sistem koloid dari
partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai, sol sabun,
sol detergen dan tinta).
·
Emulsi Sistem koloid dari
zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair itu tidak
saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
·
Buih Sistem Koloid dari gas
yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan bijih logam, alat
pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya).
·
Gel sistem koloid kaku atau
setengah padat dan setengah cair. (Contoh: agar-agar, Lem).
Berikut adalah beberapa sifat koloid :
·
Efek Tyndall
·
Gerak Brown
·
Adsorbsi Koloid
·
Koagulasi Koloid
·
Koloid Pelindung
·
Dialisis
·
Elektroforesis
2. Tujuan
Untuk mengetahui manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang.
Untuk mengetahui manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bidang.
3.
Rumusan Masalah
• Manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari dan di berbagai bidang.
• Manfaat koloid dalam kehidupan sehari-hari dan di berbagai bidang.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN KOLOID
Ada kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa
produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat tersebut dapat
bercampur secara merata/ homogen. Misalnya saja saat ibu membuatkan susu untuk
adik, serbuk/ tepung susu bercampur secara merata dengan air panas.
Produk-produk seperti itu adalah sistem koloid.
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase)
antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid
(fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm.
Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari
suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang
terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta,
masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray,
jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau
suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu koloid adalah suatu campuran
berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi dengan ukuran partikel
terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm.
Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut.
Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar.
Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang
masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri
atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8.
Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter
sekitar 6 x 10-7.
2.
JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat,
cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
A.
Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol
dapat dibagi menjadi:
1. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat.
Contohnya adalah paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
2. Sol Cair (Sol)
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair.
Contohnya adalah cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat, dll.
3. Sol Gas (Aerosol
Padat)
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat.
Contohnya adalah debu di udara, asap pembakaran, dll
B.
Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya,
emulsi dapat dibagi menjadi:
1.
Emulsi Gas (Aerosol Cair)
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas.
Aerosol cair seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan
bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti
sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.
2.
Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi
cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling
melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya
salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.
Sifat emulsi cair yang penting ialah:
a.
Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak
akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan
perusakan zat pengelmusi.
b.
Pengenceran
Emulsi dapat diencerkan dengan
penambahan sejumlah medium pendispersinya.
c.
Emulsi Padat atau Gel
Gel merupakan emulsi didalam medium
pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk akibat penggumpalan
sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung
membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut
sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana medium pendispersi cair
terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.
Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi
menjadi:
1. Gel elastic
Gel yang bersifat elastis, yaitu
dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika gaya
ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.
2. Gel non-elastis ,Contoh adalah gel silica.
D. Koloid Buih
Buih merupakan koloid dimana fase
terdispersinya merupakan gas. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, buih
dapat dibagi menjadi:
1. Buih Cair (Buih)
Buih
cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi
zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2. Kestabilan buih
diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke daerah
antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh kestabilan.
Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan kocokan putih
telur.
Sifat-sifat buih cair ialah:
a.
Struktur buih cair berubah dengan
waktu karena drainase (pemisahan medium pendispersi) akibat kerapatan fas dan
zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua gelembung gas, dan ukuran
gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.
b. Struktur buih cair dapat berubah
jika diberi gaya dari luar.
3.
Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan
medium pendispersi
zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih
(surfaktan). Beberapa buih padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu
apung,dll
Sebagai catatan, tidak terdapat buih
gas, dimana medium pendispersi dan fase terdispersi sama-sama berupa gas. Hal
itu karena campuran dari keduanya tergolong sebagai larutan.
3. SIFAT-SIFAT
KOLOID
A. Efek
Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang
cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang
ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall
adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
B.
Gerak
Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan
zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada
penjelasan berikut:
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat
bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat
seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium pendispersi zat cair
atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat
gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel kolopid,
semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak
Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat
(suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system
koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
C. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.
D. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
E. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya cairan.
1. Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase
terdispersinya besar terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
2. Koloid Liofob : sistem koloid yang affinitas fase
terdispersinya kecil terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.
Contoh: sol belerang, sol emas.
F. Dialisis
Dialisis
ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis. Yaitu dengan mengalirkan cairan yang tercampur dengan koloid melalui
membran semi permeable yang berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable
ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid
dan cairan akan berpisah
G. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa
pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
4.
PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Jika kita atau sebuah industri akan memproduksi suatu produk berbentuk koloid,
bahan bakunya adalah larutan (partikel berukuran kecil) atau suspensi (partikel
berukuran besar). Didasarkan pada bahan bakunya, pembuatan koloid dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
1. Kondensasi
Kondensasi adalah cara pembuatan koloid dari partikel kecil (larutan) menjadi
partikel koloid. Proses kondensasi ini didasarkan atas reaksi kimia; yaitu
melalui reaksi redoks, reaksi hidrolisis, dekomposisi rangkap, dan pergantian
pelarut.
a)
Reaksi
Redoks
Contoh:
1.
Pembuatan sol belerang dari reaksi redoks antara gas H 2
S dengan larutan SO 2
Persamaan reaksinya: 2 H 2 S (g)
+ SO 2 (aq) →2 H 2 O (l) + 3 S (s) (sol belerang)
2. Pembuatan sol emas dari larutan AuCl
3 dengan larutan encer formalin
(HCHO). Persamaan reaksinya:
2
AuCl 3(aq) + 3 HCHO (aq) + 3H 2 O (l) → 2 Au (s) + 6HCl
(aq) + 3 HCOOH (aq) (sol emas)
b)
Reaksi
Hidrolisis
Contoh,
1. Pembuatan sol Fe(OH) 3 dengan
penguraian garam FeCl 3 Persamaan reaksinya adalah: mengunakan air mendidih.
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O
(l) → Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq) (sol Fe(OH) 3)
c) Reaksi Dekomposisi Rangkap
Contoh
1)
Pembuatan sol As 2 S 3,
dibuat dengan mengalirkan gas H 2 S dan asam arsenit (H3AsO
3 ) yang encer.
Persamaan reaksinya: 2 H3AsO
3 (aq) + 3H2S (g) → As2S3 (s) + 6H2O
(l) (sol As 2S3 )
2)
Pembuatan sol AgCl dari larutan AgNO
3 dengan larutan NaCl encer.
Persamaan reaksinya: AgNO 3
(aq) + NaC1 (aq) → AgCl (s) + NaNO 3 (aq)
Sol AgCl
d)
Reaksi
Pergantian Pelarut
Contoh,: pembuatan sol belerang dari larutan belerang dalam alkohol ditambah
dengan air. Persamaan reaksinya:
S (aq) + alkohol + air → S (s)
Larutan S sol belerang
2. Dispersi
Dispersi adalah pembuatan partikel koloid dari partikel kasar (suspensi).
Pembuatan koloid dengan dispersi meliputi: cara mekanik, peptisasi, busur
Bredig, dan ultrasonik.
a) Proses Mekanik
Proses mekanik adalah proses pembuatan koloid melalui penggerusan atau
penggilingan (untuk zat padat) serta dengan pengadukan atau pengocokan (untuk
zat cair). Setelah diperoleh partikel yang ukurannya sesuai dengan ukuran
koloid, kemudian didispersikan ke dalam medium (pendispersinya). Contoh,
pembuatan sol belerang.
b) Peptisasi
Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dengan menggunakan zat kimia (zat
elektrolit) untuk memecah partikel besar (kasar) menjadi partikel koloid.
Contoh, proses pencernaan makanan dengan enzim dan pembuatan sol belerang dari
endapan nikel sulfida, dengan mengalirkan gas asam sulfida.
c) Busur Bredig
Busur Bredig ialah alat pemecah zat padatan (logam) menjadi partikel koloid
dengan menggunakan arus listrik tegangan tinggi. Caranya adalah dengan membuat
logam, yang hendak dibuat solnya, menjadi dua kawat yang berfungsi sebagai
elektrode yang dicelupkan ke dalam air; kemudian diberi loncatan listrik di
antara kedua ujung kawat. Logam sebagian akan meluruh ke dalam air sehingga
terbentuk sol logam. Contoh, pembuatan sol logam.
d) Suara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama untuk pembuatan
sol logam. Ka1au busur Bredig menggunakan arus listrik tegangan tinggi, maka
cara ultrasonik menggunakan energi bunyi dengan frekuensi sangat tinggi, yaitu
di atas 20.000 Hz.
5.
KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari,
terutama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik
koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak
dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam
skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi
koloid:
Jenis industri
|
Contoh aplikasi
|
Industri makanan
|
Keju,
mentega, susu, saus salad
|
Industri
kosmetika
|
Krim, pasta gigi, sabun
|
Industri cat
|
Cat
|
Industri kebutuhan rumah tangga
|
Sabun, deterjen
|
Industri pertanian
|
Peptisida dan insektisida
|
Industri farmasi
|
Minyak ikan,
pensilin
|
Berikut ini
adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula
ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat warna tersebut.
Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu
sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi
luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut
membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral sehingga proses
penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena
itu, untuk menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah
agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+
yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidrolisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O
à Al(OH)3 +
3H+
Setelah
itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel
koloid tanah liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut
kemudian mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
BAB III
KESIMPULAN
Sistem
koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah,
air, dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri
sendiri, aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil
untuk produksi skala besar.
Berikut manfaat koloid
dalam kehidupan sehari-hari pada berbagai bidang :
1. Pemutihan Gula
2.
Penggumpalan Darah
3. Penjernihan Air
4. Pembentukan delta di muara sungai
5. Pengambilan endapan pengotor
6. Mengurangi polusi udara
7. Penggumpalan lateks
8. Membantu pasien gagal ginjal
9. Sebagai deodoran
10. Sebagai bahan makanan dan obat
11. Sebagai bahan kosmetik
12. Sebagai bahan pencuci
13. Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup
14. Penggunaan Arang Aktif
15. Perebusan Telur
16. Pembuatan Yoghurt
17. Pembuatan Tahu
3. Penjernihan Air
4. Pembentukan delta di muara sungai
5. Pengambilan endapan pengotor
6. Mengurangi polusi udara
7. Penggumpalan lateks
8. Membantu pasien gagal ginjal
9. Sebagai deodoran
10. Sebagai bahan makanan dan obat
11. Sebagai bahan kosmetik
12. Sebagai bahan pencuci
13. Penghilang Kotoran pada Proses Pembuatan Sirup
14. Penggunaan Arang Aktif
15. Perebusan Telur
16. Pembuatan Yoghurt
17. Pembuatan Tahu
MAKALAH KIMIA
4/
5
Oleh
Rozi